Selasa, 20 April 2010

Makalah Landasan Pendidikan

INTERAKSI SOSIAL DAN PESAN BUDAYA
SEBAGAI LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN



Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Landasan-landasan dan Problematikan pendidikan




Oleh:
SEMAUN NAIDU












Dosen Pengampu
Dr. DJAMAAH SOPAH, M.Sc.Ed
Dr. AISYAH A.R, M.Pd





JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2010



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Setiap bagian roda kehidupan manusia tidak pernah lepas dari unsur sosial dan budaya. Sepanjang kegiatan kehidupan manusia, aktivitasnya tidak terlepas dari kelompok manusia lainnya. Karena hal itu dikatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial karena memerlukan kehadiran dan bantuan serta peran serta orang lain. Sosial budaya ini tercermin pada kegiatan sekelompok manusia secara bersama-sama.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi.
Pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak
B. Permasalahan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam makalah ini adalah: Bagaimanakah Interaksi sosial dan pesan budaya itu dapat menjadi landasan sosial budaya pendidikan
C. Tujuan dan Manfaat.
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menguraikan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi sosial budaya pendidikan.
2. Menjelaskan bagaimana interaksi sosial dan pesan budaya itu dapat mempengaruhi landasan sosial budaya
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Menambah pemahaman bagi penulis tentang interaksi sosial dan pesan budaya dalam kaitannya denga landasan pendidikan
2. Memberikan penjelasan tentang unsur- unsur yang dapat mempengaruhi sosial budaya pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sosiologi.
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang berarti teman, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat.
Seiring dengan perkembangan sosiologi, para ahli telah memberikan definisi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti berikut ini: Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam (Ruswandi, 2008: 65) menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Sementara itu August Comte dalam (Sutikno, 2008: 45) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu terutama mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah: ilmu yang mempelajari hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain baik struktur, proses dan perubahannya
Sementara itu Faizah (2008:65) mengatakan bahwa sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: sosiologi umum yang menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum, dan sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum yang menyelidiki aspek kehidupan sosio-kultural secara mendalam, salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
2. Pengertian Pendidikan.
Pengertian pendidikan banyak sekali ragam dan berbeda satu dengan lainnya. Hal ini tergantung dari sudut pandang masing-masing. Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Crow and Corw, berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Sedangkan pengertian pendidikan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakuakan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.
3. Sosiologi dan Pendidikan.
Pidarta (2007:151) mengatakan bahwa sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Selanjutnya menurut Pidarta (2007:151) sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1). Empiris, ciri sosiologi sebagai ilmu. 2). Teoritis,peningkatan dari ciri empiris yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu yang lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.. 3). Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi terjadinya perubahan di masyarakat. 4). Nonetis, menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya dan tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Salah satu bagian sosiologi adalahah sosiologi pendidikan, sosiologi ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Konsep sosiologi ini memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka mememiliki kebiasaan hidup yang harmonis. Sosiologi pendidikan menurut Fauzan meliputi : 1) interaksi guru-siswa, 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah, 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan, 4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan pola itu yang sebagai pengatur perilaku adalah nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan.
Wuradji dalam (Sutikno, 2008: 60) mengatakan bahwa sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah, antara lain adalah: 1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan 2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.
4. Kebudayaan dan Pendidikan.
Menurut Taylor, dalam (Ruswandi, 2008: 45) kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat sitiadat dan nilai-nilai kepandaian. Sedangkan (Tim sosiologi, 2003: 71) megutip pendapat Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Berdasarkan pendapat tentang budaya di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya adalah: keseluruhan cara hidup manusia baik pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat serta kebiasaan baik yang dipertahankan.
Budaya dapat mempengaruhi cara berpikir dan berinteraksi seseorang. Masing-masing orang memiliki cara bertutur dan berinteraksi yang berbededa, orang Jawa memiliki cara bertutur yang berbeda dengan cara bertutur orang batak.Budaya bukan hanya mempengaruhi cara berbicara dan suara namun juga ekspresi bahasa tubuh dalam bereaksi. Budaya juga dapat membuat seorang individu menjadi unik dengan caranya mengajukan pertanyaan, merespon pertanyaan dalam bercakap-cakap dengan yang lain.
Anak belajar dari kehidupan budaya yang melatarbelakangi mereka. Anak-anak berbahasa dengan bahasa yang dipergunakan ibu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai dan norma dalam suatu budaya bagaikan dimensi kecerdasan beragam. Beragam budaya yang dimiliki dan melatarbelakangi kehidupan anak memiliki kekuatan masing-masing.
Kontribusi budaya yang dimiliki masing-masing anak jika dapat diakomodir dengan baik oleh guru akan memiliki kekuatan tersendiri sebagaimana kuatnya budaya itu berakar di masyarakat. Budaya itu akan terlihat bagai pelangi budaya di sekolah kita. Kebhinekaan yang ada terwujud dalam proses pembelajaran di sekolah kita.
Peran budaya dalam pendidikan di TK dan SD sangat penting. Belajar untuk memahami orang lain sebagai wujud pilar kesejagatan dunia melalui ”learning to live together with them....”membutuhkan praktik nyata dalam kehidupan anak di dalam kelas. Praktik-praktik budaya yang nyata terkait dengan memberi makna bagaimana masing-masing budaya mampu mendialogkan diri seperti dalam berkeseharian, berbahasa, permainan, dan kisah-kisah dongeng (verbal art) yang kaya dengan pesan moral dapat dihimpun dalam kurikulum.
Dialog budaya dapat diaplikasikan melalui tema-tema yang menarik dalam membahas kebersamaan di kelas ”family class.” Pesan yang dapat diusung bersama anak adalah bahwa diri mereka sangat istimewa, unik, dan berbeda yang akan menumbuhkan rasa hormat, respek antarsesama.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan maka orang itu akan semakin berbudaya dan semakin tinggi kebudayaan yang dimilkinya akan semakin tinggi pula cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Pendidikan adalah suatu proses yang membuat masuknya budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.
5. Masyarakat Indonesia dan Pendidikan.
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Mengapa masyarakat atau para remaja bersikap seperti itu? asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima.
Untuk membuat kebudayaan, termasuk pendidikan di masyarakat, sebagai sesuatu yang tidak selalu disadari oleh pendidik, menjadi wadah proses belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal, membutuhkan sejumlah pembenahan, di antaranya menurut Fauzan (wordpress.com diakses) adalah:1. Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan ditingkatkan. 2. Pendidikan nonformal dan pendidikan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal. 3. Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik seperti telah diutarakan di atas. 4. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu, dikatakan Fauzan (http://defauzan.wordpress.com/2009/04/18/makalah-landasan-sosial-budaya pendidikan/ diakses 2 Maret 2010) dalam masa transisi ini kalau pendidikan akan direorganisasi, perlu 1. Memasukkan materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga. 2. Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok. 3. Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan. 4. Ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga. 5. Memberi kesempatan berinovasi atau kreatif menciptakan sesuatu yang baru yang lebih baik tentang hidup dan kehidupan.
6. Interaksi Sosial dan Pesan Budaya.
Pembelajaran yang berbasis pada budaya dan interaksi sosial mengacu pada perkembangan fungsi mental tinggi dan terkait dengan aspek sosio- historis-kultural. Ketiga hal ini akan Sangat berdampak terhadap persepsi, memori dan berpikir anak. Vigotsky dalam Faizah (2008:63) menganjurkan pentingnya melakukan interaksi sosiokultural yang menjadi sarana atau tools dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pengalaman-pengalaman anak yang mempertemukan dengan budaya dibutuhkannya untuk dapat meraih ”Zone of Proximal Development.”. Untuk itu dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengaitkan berbagai aspek pembelajaran yang dimuat dalam kurikulum dengan pengalaman nyata yang dijalani anak sehari-hari.
Metodologi yang efektif terkait dengan pengajaran dalam kelompok besar yang utuh, pengajaran melalui objek nyata, beragam gaya belajar, pengajaran adaptif dan individual, pembelajaran tuntas, pembelajaran kooperatif, pengajaran langsung penemuan dan konstruktif melalui tutor sebaya sangat dibutuhkan anak agar mengarahkan dirinya sendiri dalam proses belajar.
Perkembangan kognitif pada anak tidak hanya tumbuh melalui sentuhan terhadap objek melainkan juga melalui interaksi sosial yang dilakukan dengan orang dewasa dan teman sebaya . Ucapan guru yang santun, kehadiran banyak teman, dan pertanyaan-pertanyaan yang kritis akan membantu anak mengasah, dan mengembangkan kecakapan kognitif yang dimilikinya.
Interaksi sosial dan pesan budaya ditampilkan di sekolah dalam keberagaman. Kelas adalah miniatur masyarakat. Bagaimana anak yang datang dari berbagai etnis, seperti etnis Sunda, Jawa, Betawi, Minang dan sebagainya melebur dalam sebuah kelas. Selanjutnya pesan budaya itu akan muncul dan terasa sangat kental mengaliri suasana kelas belajar sang anak. Zone of Proximal Development memerlukan kehadiran orang lain dalam proses pembelajaran anak. Pada situasi ini anak dapat bekerja dengan teman sebaya serta memberi mereka peluang untuk berpraktik dan bersosialisasi.
Indikator terendah dari Zone of Proximal Development adalah apabila ia dapat bekerja secara mandiri. Sementara indikator tertingginya adalah apabila ia dapat mempelajari anak melalui pelibatan orang lain (orang dewasa dan teman sebaya).
Dalam melakukan interaksi sosial, anak mengelola informasi baru dan mencocokkannya dengan pengetahuan yang telah ia miliki. Akibatnya ia terinspirasi menampilkan kecakapan-kecakapan lebih daripada ia mengerjakannya sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain baik struktur, proses dan perubahannya. Dalam kaitannya dengan pendidikan sosiologi ini akan menjadi ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
Budaya dapat mempengaruhi cara berpikir dan berinteraksi seseorang. Kontribusi budaya yang dimiliki masing-masing anak jika dapat diakomodir dengan baik oleh guru akan memiliki kekuatan tersendiri sebagaimana kuatnya budaya itu berakar di masyarakat.
Perkembangan kognitif pada anak akan dapat dibangun melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya atau melalui bantuan orang dewasa yang dinamakan pembelajaran yang berbasis pada budaya dan interaksi sosial akan mencapai pada perkembangan fungsi mental yang tinggi

B. Saran.
Penulisan makalah ini belum sempurna selanjutnya penulis menyarankan
3. Kepada pembaca untuk menjadikan makalah ini sebagai acuan dalam meletakkan kerangka berpikir saja
2. Untuk mencapai materi yang di kehendaki masih perlu penambahan pada contoh
kasus untuk memperjelas tema yang dibahas pada makalah ini.

Daftar Pustaka
Faizah Dewi Utama. 2008. Keindahan Belajar Dalam Perspektif Pedagogi. Jakarta. Cindy Grafika
http://defauzan.wordpress.com/2009/04/18/makalah-landasan-sosial-budaya pendidikan/ diakses 2 Maret 2010
http://kelascmpd.blog.com/2009/11/04/landasan-sosial-budaya-pendidikan/ Diakses 2 Februari 2010
Pidarta Made. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta..
Ruswandi, Uus. Hermawan, Heris. A. dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Insan Mandiri.
Sobry, Sutikno, M. 2008 Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect..
Tim Sosiologi. 2003 Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudhistira.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda